|
STRATEGIC MANAGEMENT
“TOOLS FOR STRATEGY IMPLEMENTATION”
NAMA : LESTARY PERMATA SARI
NIM : 55117010016
DOSEN : Prof. Dr. Ir. HAPZI ALI, MM, CMA
|
Daftar
Isi
Definisi Implementasi Strategis, Mengembangkan
Program Anggaran dan Prosedur, Tahap Pengembangan Perusahaan, Corporate
Culture, Reward System, Leadership
A. DEFINISI IMPLEMENTASI STRATEGIS
Implementasi
Strategi adalah jumlah keseluruhan aktivitas dan pilihan yang dibutuhkan untuk
dapat menjalankan perencanaan strategis. Implementasi strategis merupakan
proses dimana beberapa strategi dan kebijakan diubah menjadi tindakan melalui
pengembangan program, anggaran dan prosedur. Walaupun implementasi biasanya
baru dipertimbangkan setelah strategi dirumuskan, akan tetapi implementasi
merupakan kunci suksesnya dari manajemen strategic. Perumusan strategi dan
implementasi strategi harus dilihat seperti dua sisi mata uang.
Hitt,
Ireland, dan Hoskisson (2000) menekankan bahwa serangkaian tindakan strategis
yang disebut formulasi strategi dan implementasi strategi harus disatukan
dengan hati-hati jika perusahaan ingin mencapai daya saing strategis dan
menghasilkan pendapatan di atas rata-rata. Kesuksesan persaingan terjadi ketika
perusahaan menggunakan perangkat dan tindakan implementasi secara konsisten dengan
strategi-strategi level-bisnis, level-perusahaan, akuisisi, internasional, dan
kerjasama yang sebelumnya dipilih.
Perumusan
strategi dan implementasi strategi harus sesuai dengan tujuan strategis dan
misi strategis. Tujuan strategis dan misi strategis disusun berdasarkan
informasi yang diperoleh dari analisis lingkungan eksternal dan lingkungan
internal. Perusahaan mempelajari lingkungan eksternal dan internal agar dapat
mengidentifikasi peluang-peluang dan ancaman pasarnya dan menentukan bagaimana
menggunakan kompetensi-kompetensi intinya dalam usaha mendapatkan hasil
strategisnya yang diinginkan. Dengan pengetahuan ini, perusahaan membentuk
tujuan-tujuan strategis, misi strategis mensefisikasi, secara tertulis,
produk-produk yang ingin diproduksi oleh perusahaan tersebut dan pasar yang
ingin dilayani ketika mendayagunakan sumber daya, kapabilitas, dan
kompetensi-kompetensinya.
Implementasi strategi diperlukan untuk merinci secara lebih konkrit dan
jelas bagaimana sesungguhnya pilihan strategi yang telah ditentukan akan
direalisir pada periode waktu yang telah ditentukan. Strategi yang baik tanpa
pelaksanaan yang efektif tidak mungkin akan berhasil. Di samping itu,
diperlukan koordinasi manajemen yang baik untuk menghubungkan strategi dengan
rencana-rencana pelaksanaannya.
B. MENGEMBANGKAN PROGRAM, ANGGARAN,
DAN PROSEDUR
1.
Program
Tujuan dari program adalah untuk membuat tindakan-berorientasi pada
strategi. Misalnya, Ajax Continental telah memilih integrasi vertical ke hilir
sebagai strategi terbaiknya untuk pertumbuhan. Ajax Continental membeli toko
eceran (retail outlet) perusahaan yang lain (Jones Surplus) daripada
membangun sendiri.
2.
Anggaran
Proses
anggaran dimulai setelah program dikembangkan. Perencanaan sebuah anggaran
merupakan pengecekkan akhir yang nyata dari sebuah korporasi terhadap kelayakan
strategi yang dipilihnya. Sebuah strategi yang ideal mungkin ditemukan menjadi
tidak praktis hanya setelah program-program implementasi khusus dibiayai secara
rinci.
3. Prosedur
Setelah
anggaran diprogram, divisional dan perusahaan disetujui, maka prosedur operasi
standar harus dikembangkan. Mereka merinci secara khusus berbagai aktivitas
yang harus dilaksanakan untuk menyempurnakan program-program korporasi.
Disamping itu, mereka harus diperbaharui untuk mewakili beberapa perubahan
teknologi seperti yang ada dalam strategi. Dalam kasus akuisisi Ajax
Corporation terhadap toko-toko eceran Jones Surplus, prosedur-prosedur operasi
baru harus dibangun seperti : toko-toko promosi, pemesanan persediaan,
pemilihan barang dagangan, hubungan pelangggan, fasilitas belanja kredit,
distribusi gudang penyimpanan, harga, batas pembayaran melalui cek giro,
penanganan keluhan pelanggan, serta promosi dan kenaikan berkala jabatan
karyawan. Prosedur-prosedur ini akan memastikan bahwa operasional harian toko
akan selalu tetap dan stabil sepanjang waktu (yaitu aktivitas minggu yang akan
datang akan sama dengan aktivitas minggu ini) dan konsisten diantara toko-toko
yang lainnya (misalnya tiap toko akan beroperasi pada standar pelayanan yang
sama seperti yang lainnya).
C. TAHAP PENGEMBANGAN PERUSAHAAN
Perusahaan-perusahaan yang berhasil cenderung mengikuti suatu pola
perkembangan structural ketika mereka tumbuh dan berkembang. Pada permulaannya,
dengan struktur perusahaan yang berhubungan dengan usahawan (structure of
entrepreneurial firm) (dimana setiap orang melakukan sesuatu), mereka
biasanya (jika mereka sukses) memperoleh lebih besar dan mengatur lini
fungsional pada departemen pemasaran, produksi, dan keuangan. Dengan
keberhasilan yang berkelanjutan, perusahaan menambah lini produk baru pada
industri yang berbeda dan mengatur sendiri kedalam divisi-divisi yang
berhubungan. Perbedaan diantara ketiga struktur tahap pengembangan perusahaan
meliputi bentuk masalah, tujuan, strategi, system penghargaan, dan
karakteristik lain yang secara khusus dirinci pada table 1.1.
Tahap I :
Struktur Sederhana
Tahap
pertama ditandai dengan keberadaan usahawan, orang yang mendirikan perusahaan
untuk mewujudkan gagasannya (produk atau jasa). Usahawan cenderung untuk
membuat semua keputusan penting secara perseorangan dan terlibat dalam setiap
bagian paling kecil dan tahapan dalam orgaanisasi. Pada tahap I ini perusahaan
memiliki lebih sedikit struktur formal yang membantu usahawaan mengawasi
langsung berbagai aktivitas setiap karywan (lihat gambar 4.4 tentang struktur
ilustrasi sederhana, fungsional dan struktur divisional). Perencanaan biasanya
untuk jangka pendek dan reaktif. Fungsi khas manajerial dari perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, penataan staf, dan pengawasan semuanya dibentuk
hanya pada tingkat yang terbatas. Kekuatan perusahaan terbesar pada tahap I
adalah fleksibilitas dan sifat dinamis. Keinginan dan semangat besar
wirausahawan memberi energi kepada organisasi dalam usaha untuk pertumbuhan.
Sedangkan lelemahan terbesarnya adalah ketergantungan yang besar pada
wirausahawan dalam membentuk seluruh organisasi dan prosedur rinci
pelaksanaannya. Jika usahawan gagaal untuk mengelola dengan baik maka
perusahaan biasanya akan mengambang dalam kegelapan. Hal ini berhubungan dengan
krisis kepemimpinan.
Tahap I ini menggambarkan perusahaan Oracle yaitu sebuah perusahaan
perangkat lunak komputer, dibawah manejemen pemiliknya, Lawrence Ellison.
Perusahaan tersebut mempelopori sebuah pendekatan baru untuk menyelamatkan data
yang ada, yang disebut dengan
structured query language (SQL).
Kesuksesan Oracle dicapai ketika IBM membuat standar SQL-nya. Namun
disayangkan, kejeniusan teknik dari Ellison tidak cukup untuk mengelola
perusahaan. Sering kali ketika bekerja di rumah, Ellison kehilangan gambaran
secara rinci mengenai pengelolaan perusahaan di luar minat teknisnya.
Meskipun penjualan perusahaan meningkat dengan cepat, pengawasan keuangan
perusahaan sangat lemah sehingga mendorong pihak manajemen untuk menata ulang
keseluruhan pendapatan tahun tersebut untuk memperbaiki kesemrawutan yang
terjadi. Stelah perusahaan mencatat kerugiannya pada tahap pertama, Ellison
menempatkan beberapa manajer fungsional untuk menjalankan perusahaan tetapi terbatas
pada focus pengembangan produk baru.
Tabel 1.1.
Faktor Yang
Membedakan Beberapa Perusahaan Pada Tahap I, II, dan III
Fungsi
|
Tahap I
|
Tahap II
|
Tahap II
|
Pembentukan
: Problem Utama
|
Bertahan
hidup dan tumbuh berkembang dengan masalah-masalah operasi jangka pendek
|
Pertumbuhan,
rasionalisasi dan ekspansi guna memperoleh sumber daya, membangun
perhatian lebih pada masalah produk
|
Melepaskan
kendali pada manajemen investasi dan pengawasan yang lebih luas, meningkatkan
dan diversifikasi sumber daya juga penting untuk mendiagnosis dan mengambil
tindakan pada maslah-masalh tingkat divisi.
|
Tujuan
|
Pribadi
dan bersifat subjektif
|
Profit dan
secara fungsional dan berorientasi untuk memenuhi anggaran dan target kinerja
|
ROI,
profit dan laba per saham (earning per share)
|
Strategi
|
Implisit
dan bersifat pribadi, mengeksploitasi dengan cepat peluang yang muncul
yang dilihat oleh pemilik-manajer
|
Secara
fungsional gerakan berorientasi terbatas pada lingkup satu produk;
eksploitasi pada satu basis produk atau bisnis jasa
|
Pertumbuhan
dan melakukan diversifikasi produk; eksploitasi pada peluang-peluang bisnis
umum
|
Organisasi
: Karakteristik struktur utama
|
Satu unit,
satu-menunjuk orang (one-man show)
|
Satu unit,
secara fungsional dibagi-bagi dalam kelompok
|
Staf
kantor umum yang multiunit dan divisi operasi tersentralisasi
|
Pengukuran
dan pengawasan
|
Bersifat
pribadi, pengawasan subjektif berdasarkan system akuntansi sederhana serta
komunikasi dan observasi harian
|
Pengawasan
tidak dilakukan oleh satu orang, memerlukan penilaian fungsi operasi,
termasuk system pengawsan terstruktur
|
Sistem
formal yang kompleks disesuaikan dengan ukuran penilaian kinerja yang dapat
diperbandingkan, menunjukkan beberapa peluang dan masalah serta menilai
kemampuan manajemen dari manajer divisi
|
Indikator-indikator
kinerja kunci
|
Kriteria
pribadi, fubungan dengan pemilik beroperasi dengan efisien, kemampuan untuk
memecahkan masalah operasi
|
Kriteria
bersifat fungsional dan internal seperti penjualan, kinerja dibandingkan
dengan anggaran, ukuran perusahaan, status dalam kelompok usaha lain,
hubungan pribadi danlain-lain
|
Perbandungan
aplikasi yang lebih bersifat umum seperti profit, ROI, rasio saham terhadap
deviden, penjualan, pangsa pasar, produktivitas, kepemimpinan produk,
pengembangan pribadi, sikap pekerja, tanggung jawab publik
|
Sistem
penghargaan hukuman
|
Bersifat
informal, pribadi, subjektif, digunakan untuk memelihara pengawasan dan
membagi sumber daya pada kelompok kecil untuk memberikan insentif yang
bersifat pribadi pada karyawan kunci
|
Lebih
terstruktur, biasanya berdasarkan kebijakan yang secara luas disepakati
bersama sebagai lawan dari hubungan dan opini yang bersifat pribadi
|
Penetapan
penghargaan dan hukuman secara formal dan sistematis berdasarkan pada luasnya
berbagai perbedaan tanggung jawab
|
Tahap II :
Struktur Sederhana
Tahap II
merupakan batas kewajaran kletika wirausahawan digantikan oleh sebuah tim
manajer yang memiliki spesialisasi fungsional. Transisi untuk menuju tahap ini
membutuhkan sebuah perubahan secara substansi gaya manajerial untuk pimpinan
kantor perusahaan, jika secara khusus ia merupakan wirausahawan pada tahap I.
Ia harus belajar mendelegasikan, agar penambahan jumlah staf dapat memberikan
manfaat kepada organisasi. Contoh sebelumnya dimana Lawrence Ellison mundur
dari manajemen puncak pada Oracle Corporation untuk pengembangan produk baru,
merupakan salah satu cara bahwa pendiri yang memiliki kecerdasan secara teknis
mampu memperoleh cara baru untuk memberdayakan manajer-manajer fungsional.
Sekali masuk pada tahap II, strategi perusahaan mendukung proteksi melalui
dominasi industri, yaitu melalui pertumbuhan vertical dan horizontal. Kekuatan
utama perusahaan yang berada pada tahap II adalah konsentrasi dan spesialisasi
dalam satu industri. Kelemahan utamaa pada tahap II adalah semua investasi
berada dalam satu industri.
Dengan
konsentrasi pada satu industri, sementara industri tersebut masih menarik,
perusahaan yang berada pada tahap II seperti Oracle Corporation pada perangkat
lunak komputer dapat meraih kesuksesan besar. Sekali sebuah struktur fungsional
yang diversifikasi perusahaan masuk pada produk-produk lain dalam
industri yang berbeda, maka keuntungan dari struktur fungsional akan
menghilang. Krisis otonomi akan berkembang, ketika orang-orang mengelola lini
produk yang berbeda membutuhkan lebih banyak kebebasan dalam pengambilan
keputusan dari manajemen puncak yang rela untuk mendelegasikan kepada mereka.
Perusahaan perlu untuk mengubah sebuah struktur yang berbeda.
Tahap III :
Struktur Divisional
Pada tahap
III, perusahaan memfokuskan perhatiannya pada pengelolaan berbagai lini
produk di berbagai industri yang dimilikinya dan mendesentralisasikan autoritas
pengambilan keputusan. Organisasi-organisaasi ini tumbuh melalui berbagai
lini produk mereka dan ekspansi untuk melindungi wilayah geografi yang lebih
luas. Mereka mengubah struktur divisional menjadi satu kantor pusat dan
mendesentralisasikan divisi-divisi operasi-setiap divisi atau unit bisnis
merupakan sebuah perusahaan tahap II yang diorganisir secara fungsional. Mereka
juga harus menggunakan struktur konglomerat jika manajemen puncak memilih untuk
melepaskan unit-unit tambahan yang dimilikinya pada tahap II dengan melakukan
operasi secara otonom.
Divisi-divisi
baru ini telah mengembangkan unit bisnis strategic (SBUs) untuk memikirkan
pertimbangan-pertimbangan pasar produk yang lebih baik. Kantor pusat berupaya
untuk mengorganisasikan aktivitas-aktivitas divisinya atau SBUs melalui kinerja
dan system pelaporan dan pengawsan berorientasi hasil dan teknik-teknik
yang menekankan pada perencanaan perusahaan. Unit-unit ini tidak dikontrol
secara ketat tetapi memperoleh tanggung jawab untuk hasil-hasil kinerja mereka
sendiri. Agar menjadi efektif maka perusahaan harus memiliki sebuah proses
keputusan yang terdesentralisasi. Kekuatan utama dari perusahaan Pada tahap III
adalah memiliki sumber daya yang tidak terbatas. Sementara kelemahan utamanya
adalah terletak pada ukuran perusahaan yang terlalu besar dan kompleks yang
cenderung membuat perusahaan menjadi lamban dan tidak fleksibel. General
Electric, DuPont, dan General Motors merupakan perusahaan yang berada pada
tahap III.
Tahap IV :
Unit Bisnis Sistem (SBUs)
Terjadinya
evolusi tahap pengembangan ke dalam unit bisnis strategis selama tahun 1970-an
dan 1980-an, bentuk divisional bukan merupakan kata masa lampau dalam struktur
organisasi. Dengan kondisi-kondisi (1) Meningkatnya ketidakpastian lingkungan
(2) Menggunakan pengalaman yang lebih besar dalam teknologi metode produksi dan
system informasi (3) Meningkatnya ukuran dan lingkup bisnis korporasi ke
seluruh dunia (4) Titik berat yang lebih besar pada strategi kompetitif
multi-industri (5) Lebih banyak mendidik kader manajer dan karyawan,
bentuk-bentuk struktur organisasi baru telah muncul dan berjalan selama akhir pertengahan
abad ke-20. Matriks dan jejaring adalah dua kemungkinan yang mewakili tahap
keempat didalam pengembangan perusahaan-suatu tahap yang tidak hanya lebih
menitikberatkan hubungan horizontal-vertikal diantara orang-orang dan kelompok,
tetapi juga mengatur pekerjaan proyek-proyek sementara disekitarnya dimana
system informasi yang berhubungan mendukung aktivitas kolaboratif.
D. CORPORATE CULTURE
Budaya
perusahaan memiliki dua atribut penting, pertama, intensitas yaitu “ seberapa
besar para anggota sebuah unit bisnis sepakat pada norma, nilai atau
unsur-unsur budaya lain yang berhubungan dengan unit bisnis tersebut. Atribut
kedua, “ Integrasi, yaitu seberapa besar unit-unit bisnis dalam sebuah
organisasi membagi sebuah yang sama”.
Masalah
penting yang dihadapi oleh perusahaan dengan budaya yang kuat adalah bahwa
perubahan dalam misi, sasaran, atau kebijakan perusahaan, kemungkinan terhadap
budaya organisasi yang dianut.
Pekerjaan
penting yang harus dilakukan oleh pihak manajemen adalah :
1) Mengevaluasi
perubahan khusus apa dalam strategi yang akan berpengaruh besar terhadap budaya
perusahaan.
2) Menilai
apakah perubahan dalam budaya memang diperlukan.
3) Memutuskan
apakah usaha mengubah budaya perusahaan sebanding dengan biaya yang harus
dikeluarkan.
Menilai Kesesuaian Strategi Budaya
Ketika
mengimplementasi strategi baru, pihak manajemen harus mempertimbangkan
pertanyaan-pertanyaan berikut berkenaan dengan budaya perusahaan
1) Apakah
strategi yang direncanakan sesuai dengan budaya organisasi saat ini?
2) Jika
strategi baru tidak sesuai dengan budaya perusahaan saai ini, dapatkah budaya
tersebut denagn mudah dimodifikasi sehingga dapat lebih sesuai dengan strategi
baru ?
Budaya pada
pabrik-pabrik pemanufakturan ternyata memiliki tiga nilai dasar yang berlawanan
dengan nilai dasar yang melandasi penggunaan seperti :
1) Pabrik-pabrik
tersebut memiliki norma yang menganggap kinerja lebih penting dari belajar,
para pekerja dibayar untuk bekerja, bukan untuk berfikir.
2) Informasi
digunakan untuk menyebarkan harapan terhadap kinerja yang akan dating,
melaporkan kinerja yang buruk, dan mengalihkan tanggung jawab. “ Informasi di
nilai bukan berdasarkan kegunaan untuk menyelesaikan masalah, tetapi hanya
untuk menyalahkan atau mengalihkan tanggung jawab kepada pihak lain.
3) Dengan
mengikuti konsep structural yang tradisional tentang devisi kerja.
Pekerjaan-pekerjaan dalam pabrik dipecah menjadi bagian –bagian kecil yang
dibagikan kepada individu-individu operator dan kepada setiap unit ini
perakitan. Ada kecenderungan untuk menggolong-golongkan masalah dan informasi.
Mengelola Perubahan Melalui Komunikasi
Komunikasi
adalah hal penting dalam mencapai manajemen perubahan dalam budaya yang
efektif G.G Gordon melaporkan bahwa perusahaan-perusahaan yang berhasil
melakukan perubahan besar dalam budaya memiliki beberapa karakteristik yang
sama.
1) Para CEO-nya
memiliki visi strategis tentang akan menjadfi apa perusahaan yang dipimpinnya
dimasa yang akan dating.
2) Visi
tersebut diterjemahkan kedalam elemen-elemen kunci yang perlu untuk mencapai
visi tersebut.
3) Para CEO dan
Manajer puncak lainnya bersemangat mengkonsumsikan seluas mungkin kepada pada
karyawan di segala tingkat, tiga informasi penting berikut ini :
ü Kondisi
perusahaan saat ini dibandingkan dengan para pesaingnya serta perkiraan kondisi
perusahaan dimasa yang akan datang.
ü Visi tentang
akan menjadi seperti apa perusahaan dimasa yang akan dating dan bagaimana
perusahaan dapat mencapai visi tersebut.
ü Kemajuan
perusahaan dalam elemen-elemen kunci yang diidentifikasi sebagai hal penting
dalam mencapai visi.
Salah satu
cara mengkomunikasi visi baru tersebut dalam sebuah perusahaan adalah melalui
program pelatihan dan pengembangan.
Mengelola Budaya Ketika Bertumbuh Melalui Akuisi
Ketika
melakukan akuisi atau bergabung denagn perusahaan lain, manajemen puncak harus
mempertimbangkan potensi terjadinay benturan budaya.
Setelah
mengkaji dampak budaya perusahaan terhadap efektivitas merger, malekzadeh dan
mahavandi mengajukan empat metode umum dalam mengelola perbedaan budaya. Metode
yang paling sesuai tergantung pada :
1) Berapa
banyak anggota perusahaan yang diakuisisi menjaga nilai-nilai budaya mereka.
2) Persepsi
mereka terhadap daya tarik perusahaan yang mengakuisi.
Integrasi
melibatkan keseimbangan relative antara menerima dan member praktik-prakti
manajerial dan budaya antara mitra merger dan tidak adanya pemaksaan untuk
mengubah budaya dari salah satu perusahaan yang tergabung.
Sedangkan
dalam asimilasi perusahaan yang diakuisi menyerahkan budayanya dan mengadopsi
budaya perusahaan yang mengakuisisi. Dalam metode pemisahan, budaya kedua
perusahaan secara structural tetap terpisah, tanpa ada pertukaran budaya. Dekulturasi
adalah metode yang paling umum dan paling merusak dalam lkaitannya dengan
perbedaan dua budaya.
Merencanakan Tindakan
Pada tingkat
yang sederhana, rencana tindakan mengidentifikasi tindakan-tindakan yang harus
diambil, orang-orang yang bertanggung jawab terhadapnya, waktu yang tersedia
untuk menyelesaikannya, dan hasil yang diharapkan.
Hasil dari
rencana tindakan yang akan di ambil perusahaan haruslah meliputi beberapa
elemen berikut ini :
1) Harus
diambil tindakan-tindakan khusus untuk membuat program berjalan.
2) Tanggal
untuk memulai dan mengakhiri setiap tindakan.
3) Menetapkan
orang ( diidentifikasi dengan nama dan jabatan ) yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan setiap tindakan.
4) Menetapkan
orang akan bertangggung jawab untuk memantau waktu dan efektivitas setiap
tindakan.
5) Perkiraan
konsekuensi financial dan fisik dari setiap tindakan.
6) Rencanakan
tindakan-tindakan kontigensi.
Menurut J.C.
Camillus, seorang ahli dalam Implementasi dan Pengendalian Strategi, untuk
beberapa alasan rencana tindakan merupakan hal yang penting.
Management By Objectives ( MBO )
Management
By Objectives ( MBO ) merupakan pendekatan organisasi yang secara luas telah
digunakan untuk membantu diambilnya tindakan-tindakan yang bermanfaat dalam
mencapai sasaran yang diinginkan.
Proses MBO
meliputi :
1) Menetapkan
dan mengkomunikasikan sasaran organisasional.
2) Menyusun
sasaran individual ( melalui interaksi karyawan-atasan ) yang akan membantu
implementasi sasaran organisasional.
3) Mengembangkan
sebuah rencana tindakan terhadap aktivitas-aktivitas yang diperlukan untuk
mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
4) Secara
periodic ( sedikitnya tiap triwulan ) menganalisa kinerja yang berhubungan
dengan sasaran yang telah ditetapkan dan termasuk didalamnya hasil penilaian
kinerja tahunan.
Salah satu
manfaat nyata dari MBO adalah MBO dapat mengurangi sejumlah besar proses
politik Internal dalam sebuah perusahaan besar.
Total Quality Management ( TQM )
Total
Quality Management ( TQM ) adalah sebuah filosofi operasional yang menekankan
komitmen pada keputusan pelanggan dan peningkatan berkelanjutan. Menurut R.J.
Schanberger, pakar dalam manajemen operasi dan rekayasa produksi, adalah empat
tujuan dalam TQM :
1) Kualitas
produk dan jasa yang lebih baik dan sedikit variable,
2) Respon yang
lebih cepat dan sedikit variable dalam memproses kebutuhan pelanggan,
3) Fleksibilitas
yang lebih besar dalam penyesuaian terhadap perubahan kebutuhan pelanggan, dan
4) Biaya yang
lebih rendah melalui peningkatan kualitas dan eliminasi pekerjaan yang tidak
memiliki nilai tambah.
Karena TQM
berusaha mengurangi biaya serta meningkatkan kualitas, TQM dapat digunakan
sebagai program untuk mengimplementasi baik strategi, biaya rendah pada seluruh
tingkatan atau strategi bisnis diferensiasi. Berdasarkan TQM, proses yang salah
adalah penyebab utama buruknya kualitas, bukan kurangnya motivasi karyawan.
Berikut ini
elemen-elemen penting dalam TQM :
ü Fokus yang
kuat terhadap keputusan pelanggan.
ü Pelanggan
adalah internal dan eksternal.
ü Pengukuran
yang akurat terhadap seluruh variable kritis dalam operasi perusahaan.
ü Peningkatan
berkelanjutan pada produk dan jasa.
ü Hubungan
kerja yang baru didasarkan pada saling percaya dan kerja tim.\
E. REWARD SYSTEM
Sistem pengendalian manajemen juga
dirancang untuk memotivasi karyawan agar tujuan perusahaan tercapai. Cara untuk
memotivasi karyawan salah satunya dengan menerapkan reward and punishment system. Reward merupakan salah satu alat pengendalian penting yang digunakan
oleh perusahaan untuk memotivasi personel agar mencapai tujuan perusahaan
dengan perilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan. Sistem ini
menjadi sangat dibutuhkan oleh perusahaan jika perusahaan memasuki lingkungan
bisnis yang menuntut dipekerjakannya knowledge workers.
Dalam lingkungan kerja seperti itu, antara tenaga kerja dan alat produksinya
terpadu menjadi satu dalam diri tenaga kerja, karena knowledge workers menjadikan pengetahuan yang dimilikinya sebagai alat produksi. Apabila reward and punishment system dijalankan dengan tepat dan bijak, maka perusahaan akan memiliki
karyawan berkualitas baik dan bekerja lebih giat, sehingga dapat meningkatkan
kinerja karyawan.
Sedangkan punishment merupakan
sesuatu yang tidak disukai/disenangi oleh karyawan untuk menghasilkan efek jera
sehingga tidak akan melakukan perbuatan yang sama. Bentuk-bentuk punishmentantara lain kehilangan pekerjaan, tidak menerima kenaikan gaji, dihapus
dari daftar karyawan yang akan dipromosi, penghinaan publik, kegagalan
mendapatkan reward, ancaman pemecatan,dan lain sebagainya.
Pemberian reward and punishment system didasarkan pada penilaian kinerja karyawan (merit-based system). Setiap perusahaan telah menetapkan cara yang digunakan untuk menilai
kinerja karyawan-karyawannya, salah satu contoh penggunaan balanced scorecard. Hasil penilaian kinerja berupa angka lebih memudahkan perusahaan
untuk memberikan reward and punishment system kepada
karyawan. Sebagai contoh, perusahaan mempunyai kebijakan untuk hasil (skor)
penilaian kinerja antara 65 sampai dengan 73 akan mendapatkan reward berupa kenaikan gaji sebesar 70%.
Kriteria keberhasilan reward berdasarkan kinerja dapat menghasilkan motivasi yang ideal
apabila, pertama, reward yang diberikan mempunyai
nilai (financial
and nonfinancial reward). Kedua reward mempunyai dampak yang cukup besar kepada karyawan, sehingga
karyawan dapat termotivasi atas reward tersebut. Ketiga, reward harus dapat dimengerti oleh karyawan. Sebagai karyawan, harus
memahami alasan atau tujuan pemberian reward dengan
harapan mampu memotivasi karyawan. Keempat, pemberian reward harus tepat waktu dan diberikan sesegera mungkin setelah
penilaian kinerja karyawan. Kelima, efek dari rewarddapat bertahan
lama. Jika karyawan dapat merasakan efek yang ditimbulkan dari reward dan dapat bertahan lama, maka reward mempunyai
nilai yang besar. Keenam, reward harus mempertimbangkan
efisiensi biaya.
Pemberian reward berdasarkan
kinerja berupa gaji tergolong dalam extrinsic reward, dimana rewardtersebut berasal pekerjaan, tetapi bukan merupakan bagian dari
pekerjaan. Selain gaji, bentuk extrinsic reward lainnya berupa
bonus,benefit, interpersonal
rewards (pengakuan/status), dan promosi.
Bentuk reward yang
lain adalah intrinsic
reward. Dikatakan intrinsic reward apabila
perusahaan memberikan otoritas kepada karyawan untuk membuat keputusan sendiri
yang dianggap penting dalam pencapaian target perusahaan, sehingga karyawan
dapat merasa dihargai kemampuannya dalam pembuatan strategi. Intrinsic reward merupakan bentuk reward yang dinilai seseorang yang
berhubungan dengan pekerjaan (bagian dari pekerjaan itu sendiri). Intrinsic reward antara lain meliputi pemberian kesempatan pada pekerja untuk
menyelesaikan suatu tugas dan mencapai tujuan tertentu, memberikan otonomi yang
akan memungkinkan pekerja melakukan tindakan bebas terbaik dalam situasi
tertentu, dan kesempatan bertumbuh misalnya dengan memperluas kemampuan dan
keterampilan pekerja.
F. LEADERSHIP
Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang (yaitu pemimpin)
untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya).
Kepemimpinan juga merupakan suatu kompleks dari hak-hak dan kewajiban yang
dapat dimiliki oleh seorang atau suatu badan. Sebagai suatu proses sosial,
kepemimpinan meliputi segala tindakan yang dilakukan seseorang atau sesuatu
badan yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat.
Kepemimpinan ada yang bersifat resmi (formal leadership) yaitu kepemimpinan
yang tersimpul didalam suatu jabatan. Ada pula kepemimpinan karena pengakuan
dari masyarakat akan kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan.
Sedangkan kepemimpinan yang bersifat tidak resmi (informal leadership) adalah
kepemimpinan yang resmi di dalam pelaksanaannya selalu harus berada di atas
landasan-landasan atau peraturan-peraturan resmi. Sehingga dengan demikian daya
cakupnya agak terbatas. Kepemimpinan tidak resmi, mempunyai ruang lingkup tanpa
batas-batas resmi, karena kepemimpinan demikain didasarkan atas pengakuan dan
kepercayaan masyarakat. Ukuran benar tidaknya kepemimpinan tidak resmi terletak
pada tujuan dan hasil pelaksanaan kepemimpinan tersebut, menguntungkan atau
merugikan bagi masyarakat.
Walaupun seorang pemimpin (yakni yang melaksanakan kepemimpinan) yang resmi
tidak boleh menyimpang dari peraturan-peraturan resmi yang menjadi landasanya,
akan tetapi dapat melakukan kebijaksanaan yang dapat memancarkan kemampuan
mereka sebagai pemimpin. Misalnya, kebijaksanaan tersebut dapat diwujudkan di
dalam memilih waktu untuk melaksanakan peraturan-peraturan atau memilih
orang-orang yang langsung berhubungan dengan masyarakat untuk
melaksanakan peraturan dan seterusnya.
Kepemimpinan yang tidak resmi dapat digunakan pula di dalam suatu jabatan
resmi dan tentu saja lebih leluasa di dalam masyarakat yang belum dipungut
peraturan-peraturan resmi. Dalam bidang terakhir tadi, seorang pemimpin dapat
menggerakan kekuatan-kekuatan masyarakat untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Kepemimpinan
yang dianggap efektif
Suatu kepemimpinan yang efektif harus mempertimbangkan social basis apabila
tidak menghendaki timbulnya ketegangan-ketegangan atau setidak-tidaknya
terhindar dari pemerintah boneka belaka.
Kepemimpinan didalam masyarakat-masyarakat hukum adat yang tradisional dan
homogen, perlu disesuaikan dengan sussunan masyarakat tersebut yang masih
tegas-tegas memperlihatkan ciri-ciri paguyuban. Hubungan pribadi antara
pemimpin dengan yang dipimpin sangat dihargai. Hal ini, disebabkan
pemimpin-pemimpin pada masyarakat tersebut adalah pemimpin-pemimpin tidak resmiinformal
leaders yang mendapat dukungan tradisi atau karena sifat-sifat
pribadinya yang menonjol. Dengan sendirinya, masyarakat lebih menaruh
kepercayaan terhadapa para pemimpin-pemimpin tersebut, beserta
peraturan-peraturan yang dikeluarkan.
Dengan demikian, maka keputusan para pemimpin tersebut sekaligus merupakan
pula rasa keadilan masyarakat yang bersangkutan. Pada umumnya para pemimpin
masyarakat tradisional adalah pemimpin-pemimpin dibelakang atau ditengah.
Jarang sekali yang menjadi pemimpin dimuka umum. Sebaliknya, apabila ditinjau
dan ditelaah pada keadaan dikota-kota besar, maka susunan masyarakat kota
tersebut menghendaki kepemimpinan yang lain dari kepemimpinan pada masyarakat
tradisional. Maka Kebijaksanaan rasionallah yang sangat diperlukan.
Daftar
Pustaka
David, F. (2008). Strategic management (12th ed.).
Prentice Hall.
Pearce, J. A & Robinson, R.B (PR), Strategic Management : Manajemen Strategis,
Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian, Irwin Mc Graw-Hill Inc., Jakarta
: Salemba Empat, 2009
Thompson, A. A & Strickland, A.J (TS),
Strategic Management; Concepts and Cases, 11th edition, Irwin Mc Graw-Hill
Inc., Singapore, 2008
Hitt, M.A et, al. (H), Strategic Management;
Competitiveness and Globalization, West Publishing Company, St. Paul, 2009
Hunger, J. David,& Wheelen, Thomas L. (tanpa
tahun). Manajemen Strategis. Yogyakarta: Penerbit Andi
Anonim, 2009, http://master-exselen.blogspot.com/2009/03/implementasi-strategis-penataan-staf.html JUMAT 29 JUNI 2018 JAM 16.45
Anonim,
2012, https://senyummu13.wordpress.com/2012/03/27/implementasi-strategi/
JUMAT 29
JUNI 2018 JAM 16.46
Anonim,
2011, https://idoycdt.wordpress.com/2011/04/19/implementasi-tindakan-strategi-manajemen-strategi/
JUMAT 29
JUNI 2018 JAM 16.50
Farnida, 2012, https://farnidaassignment.wordpress.com/2012/10/13/pengantar-manajemen-implementasi-strategi/
JUMAT 29
JUNI 2018 JAM 17.00
Wanto,
2017, https://wantosvofckhe.wordpress.com/implementasi-rencana-starategi-pt-unilever-indonesia/
JUMAT 29
JUNI 2018 JAM 17.10
Anonim,
2017, http://www.jtanzilco.com/blog/detail/8/slug/reward-and-punishment-system-sebagai-alat-motivasi-karyawan
JUMAT 29
JUNI 2018 JAM 17.15
Laisa
Nur, 2012, http://laisanurin.blogspot.com/2012/01/kepemimpinan-leadership.html
JUMAT 29
JUNI 2018 JAM 17.15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar