|
STRATEGIC MANAGEMENT
“IMPLEMENTASI INTERNAL ENVIRONMENT ANALYSIS FROM VALUE CHAIN PADA
BANK MANDIRI”
NAMA : LESTARY PERMATA SARI
NIM : 55117010016
DOSEN : Prof. Dr. Ir. HAPZI ALI, MM, CMA
|
Daftar
Isi
Pengertian Analisis Lingkungan Internal,
Faktor-faktor dalam Menganalisis Lingkungan Internal, Rantai Nilai ( Value
Chain ), Analisis Value Chain, Implementasi Internal Environment Analysis from
Value Chain pada BANK MANDIRI
A. PENGERTIAN ANALISIS LINGKUNGAN
INTERNAL
Definisi
yang populer mengidentifikasi lingkungan sebagai segala sesuatu yang berada di
luar batas organisasi. Secara garis besar sebuah perusahaan akan dipengaruhi
oleh lingkungan perusahaan dimana lingkungan tersebut dapat dibagi kedalam dua
bagian besar, yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Faktor
internal mencakup kekuatan dan kelemahan di dalam internal perusahaan itu
sendiri. Penyusunan strategi perusahaan yang tepat harus memperhatikan
betul-betul apa kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya selain memperhatikan
faktor eksternal.
Menurut Jauch dan Gluech (1999),
lingkungan internal adalah proses dimana perencanaan strategi mengkaji faktor
internal perusahaan untuk menentukan dimana perusahaan memiliki kekuatan dan
kelemahan yang berarti sehingga dapat mengelola peluang secara efektif dan
menghadapi ancaman yang terdapat dalam lingkungan
Analisis
lingkungan internal perusahaan merupakan analisis yang berguna dalam
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan atas dasar sumber daya
dan kapabilitas yang dimilikinya.
Analisis lingkungan internal dilakukan
untuk mengetahui tingkat daya saing perusahaan berdasarkan kondisi internal
perusahaan berdasarkan kondisi internal perusahaan. Faktor internal perusahaan
spenuhnya dapat dikendalikan sehingga kelemahan yang diketahuinya dapat
diperbaiki.
Analisis lingkungan internal menurut
Porter yang dikenal dengan rantai nilai yang memposisikan perusahaan pada
matriks strategi generik dan menemukan keunggulan bersaing perusahaan melalui
analisa kompetensi inti. Rantai nilai ini mensyaratkan bahwa untuk mencapai
suatu margin, perusahaan harus didukung oleh kegiatan utama dan penunjang.
Lingkungan internal:
ü Memiliki dua variabel yakni
kekuatan (strength) dan kelemahan(weakness).
ü Mencakup semua unsur bisnis yang ada
di dalam perusahaan seperti struktur organisasi perusahaan, budaya perusahaan
dan sumber daya.
Tujuan
analisis lingkungan adalah untuk dapat mengerti dan memahami lingkungan
organisasi sehingga manajemen akan dapat melakukan reaksi secara tepat terhadap
setiap perubahan, selain itu agar manajemen mempunyai kemampuan merespon
berbagai isu kritis mengenai lingkungan yang mempunyai pengaruh yang cukup kuat
terhadap perusahaan
B. FAKTOR-FAKTOR DALAM MENGANALISIS
LINGKUNGAN INTERNAL
1.
Pemasaran
Pemasaran adalah starting point setiap
kegiatan bisnis. Fungsi-fungsi perusahaan yang lain, seperti produksi,
persediaan, keuangan, SDM dsb, merupakan derivat, langsung atau tidak langsung,
dari fungsi pemasaran. Kajian mengenai kelayakan suatu usaha selalu dimulai
dari perkiraan kemampuan melakukan penetrasi pasar. Karena itu, tak ada bisnis
yang bisa dikembangkan tanpa pemasaran.
2.
Keuangan
dan akunting
Faktor keuangan memberikan gambaran
tentang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau laba perusahaan
yang tergambar dalam laporan keuangan perusahaan.
3.
Produksi,
operasi,dan teknik
Bagian operasi dan teknik berkaitan
dengan upaya pengendalian produksi di pabrik tetap terjaga sesuai rencana.
pengendalian produksi adalah fungsi untuk menggerakan barang melalui siklus
manufaktur keseluruhan dari pengadaan bahan baku sampai dengan pengiriman
produk jadi
4.
Personalia
Bagian personalia berkaitan dengan
perencanaan, pelatihan dan penempatan staf yang sesuai dengan rencana
perusahaan dalam jangka waktu tertentu.
5.
Manajemen
Mutu
Manajemen mutu dilaksanakan dalam
menjaga kualitas kerja dan produk sehingga tetap memenuhi standar yang
diinginkan.
6.
Teknologi
Informasi
Teknologi informasi merupakan bagian
dari sistem penunjang pengambilan keputusan manajemen dalam berbagai hal.
Pengelolaan informasi berbasis computer sangat menentukan proses pengambilan
keputusan perusahaan.
7.
Organisasi
dan Manajemen Umum
Pengelolaan SDM yang benar dalam
organisasi dimaksudkan untuk mensinergikan kemampuan dengan kesesuaian bidang
kerja staf, sehingga pekerjaan yang dilaksanakan dapat maksimal.
C. RANTAI NILAI ( VALUE CHAIN )
Rantai Nilai (value
chain) menggambarkan keseluruhan aktivitas yang dibutuhkan untuk
menghasilkan barang atau jasa, mulai dari proses perancangan, input bahan
mentah, proses produksi sampai dengan distribusi ke konsumen akhir serta
pelayanan setelah pemasaran.
Porter
menjelaskan, analisis value chain merupakan
alat analisis strategik yang digunakan untuk memahami secara lebih baik
terhadap keunggulan perusahaan, untuk mengidentifikasi dimana value pelanggan
dapat ditingkatkan atau penurunan biaya, dan untuk memahami secara lebih baik
hubungan perusahaan dengan pemasok/supplier, pelanggan, dan perusahaan lain.
Rantai nilai
mengidentifikasikan dan menghubungkan berbagai aktivitas strategik perusahaan.
Sifat rantai nilai tergantung pada sifat industri dan berbeda-beda untuk
perusahaan manufaktur, perusahaan jasa dan organisasi yang tidak berorientasi
pada laba. (Porter, 1980 dalam Pawarrangan, 2012).
D. ANALISIS RANTAI NILAI ( VALUE CHAIN
)
Value Chain Analysis adalah proses di mana sebuah
perusahaan mengidentifikasi kegiatan utama dan bantuan yang menambah nilai
produk, kemudian menganalisisnya untuk mengurangi biaya atau meningkatkan
diferensiasi. Value Chain Analysis merupakan
strategi yang digunakan untuk mengalisis kegiatan internal perusahaan. Dengan
kata lain, dengan melihat ke dalam kegiatan internal, analisis itu mengungkap
di mana keunggulan kompetitif suatu perusahaan atau kekurangannya. Perusahaan
yang bersaing melalui keunggulan diferensiasi akan mencoba untuk melakukan
kegiatan yang lebih baik dari yang akan dilakukan pesaing. Jika bersaing
melalui keunggulan biaya, ia akan mencoba untuk melakukan kegiatan internal
dengan biaya lebih rendah dari pesaing. Ketika sebuah perusahaan mampu memproduksi
barang dengan biaya yang lebih rendah dari harga pasar atau untuk memberikan
produk-produk unggulan, ia memperoleh keuntungan.
Analisis Value Chain memandang
perusahaan sebagai salah satu bagian dari rantai nilai produk. Rantai nilai
produk merupakan aktifitas yang berawal dari bahan mentah sampai dengan
penanganan purna jual. Rantai nilai ini mencakup aktivitas yang terjadi
karena hubungan dengan pemasok (Supplier Linkages),
dan hubungan dengan konsumen (Consumer Linkages).
Aktivitas ini merupakan kegiatan yang terpisah tapi sangat tergantung satu
dengan yang lain. (Porter, 2001 dalam Wibowo, 2014).
Rantai nilai menyediakan sarana untuk menganalisis kegiatan yang
dilakukan oleh sebuah organisasi. Rantai Nilai mengidentifikasi bidang utama
aktivitas primer dan pendukung yang akan diminta untuk memberikan nilai kepada
pelanggan organisasi dan berpotensi membedakan organisasi dari pesaingnya. Kita
dapat menggunakan konsep rantai nilai untuk mengembangkan peta proses tingkat
tinggi dalam organisasi.
Gambar Skema Rantai Nilai
Aktivitas-aktivitas
tersebut dibagi dalam 2 jenis, yaitu:
1.
Primary activities:
ü Inbound
logistics: aktivitas yang berhubungan dengan penanganan material sebelum
digunakan.
ü Operations:
akivitas yang berhubungan dengan pengolahan input menjadi output.
ü Outbound
logistics: aktivitas yang dilakukan untuk menyampaikan produk ke tangan
konsumen.
ü Marketing
and sales: aktivitas yang berhubungan dengan pengarahan konsumen agar
tertarik untuk membeli produk. e. Service: aktivitas yang mempertahankan atau
meningkatkan nilai dari produk.
2.
Supported activities
ü
Firm Infrastructure: terdiri dari
departemen-departemen atau fungsi-fungsi (akuntansi, keuangan, perencanaan, dan
sebagainya) yang melayani kebutuhan organisasi dan mengikat bagian-bagiannya
menjadi sebuah kesatuan.
ü
Human Resources Management: Pengaturan
sumber daya manusia mulai dari perekrutan, kompensasi, sampai pemberhentian.
ü
Technology Development: pengembangan
peralatan, software, hardware, prosedur, didalam transformasi produk dari input
menjadi output.
ü
Procurement: berkaitan dengan proses
perolehan input/sumber daya.
Gambar Aktivitas Rantai Nilai untuk Perusahaan Manufaktur. Sumber:Debra Paul, dan James Cadle (2014)
Bila menggunakan rantai nilai, hal yang paling mudah untuk memulai adalah
dengan operasi yang merupakan kegiatan inti dari rantai nilai ini. Dalam contoh
di atas digambarkan perusahaan manufaktur dan kegiatan utama dari rantai nilai
ini adalah ‘Membuat produk’. Namun, hal tersebut hanya dapat dilakukan jika
perusahaan manufaktur tersebut bisa mendapatkan bahan baku yang merupakan
kegiatan logistik masuk. Kegiatan logistik keluar menyangkut pengiriman ke
konsumen akhir. Dalam pemasaran dan penjualan, perusahaan perlu mempromosikan
produk dan menerima pesanan. Akhirnya, aktivitas melayani konsumen atau servis
melibatkan memberikan masukan kepada pelanggan mungkin dengan menjawab
pertanyaan dan menangani keluhan.
Berikut langkah jika Value Chain Analysis yang
dilakukan oleh perusahaan dengan mengandalkan diferensiasi produk/jasa. Hal ini
dikarenakan fitur yang lebih banyak dan pelanggan lebih puas dengan produk/jasa
yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan mereka sehingga tingkat peminat lebih
tinggi :
1) Mengidentifikasi kegiatan penciptaan
nilai pelanggan. Setelah mengidentifikasi semua kegiatan, manajer harus fokus
pada kegiatan-kegiatan yang paling berkontribusi untuk menciptakan nilai
pelanggan.
2) Mengevaluasi strategi diferensiasi
untuk meningkatkan nilai pelanggan. Manajer dapat menggunakan strategi berikut
untuk meningkatkan diferensiasi produk dan nilai pelanggan :
ü Menambahkan fitur produk yang lebih
ü Fokus pada layanan pelanggan dan
responsive
ü Meningkatkan kustomisasi
ü Menawarkan produk komplementer.
3) Mengidentifikasi diferensiasi
terbaik yang berkelanjutan. Biasanya, keunggulan diferensiasi dan nilai
pelanggan akan menjadi hasil dari banyak kegiatan yang saling terkait dan
strategi yang digunakan. Kombinasi terbaik dari mereka harus digunakan untuk
mengejar keuntungan diferensiasi yang berkelanjutan.
E. IMPLEMENTASI INTERNAL ENVIRONMENT
ANALYSIS FROM VALUE CHAIN PADA BANK MANDIRI
Setiap
tahap dalam value chain memiliki sumber daya finansial, fisik, individu
dan organisasi yang terkait dengannya. Walaupun setiap perusahaan dapat
memfokuskan pada sebagian dari value chain ini, perusahaan yang berkecimpung
dalam bagian yang sama dapat melakukannya dengan cara yang berbeda sehingga
mengembangkan sumber daya dan kapabilitas yang sangat berbeda.
Value-chain
analysis mendorong
analis untuk memikirkan tentang sumber daya perusahaan pada level yang
sangat mikro. Dengan cara ini memungkinkan pengertian sumber daya potensial
atau competitive advantage perusahaan dengan cara yang lebih mendetail.
Pada Gambar 3 dan Gambar 4 dapat dilihat contoh generic value-chain
yang dikembangkan oleh McKinsey & Company dan generic value chain
yang dikembangkan oleh Porter.
Framework for Analysis: VRIO
Dengan
memanfaatkan model Value-chain dan menggunakan kerangka berdasarkan
definisi dari dua asumsi (resource heterogeneity dan immobility) dikembangkan
kerangka dengan nama: VRIO (Value, Rarity, Imitability, Organization).
Model VRIO inilah yang dipakai untuk mengidentifikasi apakah sumberdaya
tertentu dari perusahaan merupakan kekuatan atau kelemahan.
VRIO framework disusun dengan
sejumlah pertanyaan mengenai aktivitas bisnis perusahaan, yaitu mengenai values
(nilai), rarity (kelangkaan), imitability (kemungkinan peniruan),
dan organisasi. Semua jawaban akan menentukan apakah sebuah sumber daya atau
kapabilitas yang dimiliki oleh perusahaan merupakan kekuatan atau kelemahan.
Values
Bagian
values menjelaskan apakah sumber daya dan kapabilitas yang dimiliki oleh
perusahaan memungkinkan bagi perusahaan tersebut untuk merespon atas peluang
dan ancaman dari lingkungan.Untuk menjadi kekuatan, harus memungkinkan
perusahaan mengeksploitasi kesempatan atau meminimalisasi ancaman, demikian
sebaliknya untuk kelemahan.
Sebagian
besar jawaban atas pertanyaan ini adalah ’YA’, perusahaan mampu dan berusaha
untuk memanfaatkan peluang serta mengatasi ancaman yang ada dengan sumberdaya
yang dimilikinya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka hal yang harus dipahami
oleh perusahaan adalah bahwa tidak selamanya sumberdaya yang dimilikinya itu
berharga (valuable), melainkan tergantung dari perkembangan lingkungan
eksternal dan internal perusahaan itu sendiri.
Sumber
daya dan kapabilitas perusahaan yang bernilai di masa lampau tidak memastikan
apakah mereka akan selalu bernilai. Perubahan cita rasa pelanggan, struktur
industri, atau teknologi dapat membuat sumber daya dan kapabilitas perusahaan
menjadi kurang bernilai. Perusahaan yang tidak lagi memiliki sumber daya dan
kapabilitas yang berharga mempunyai dua pilihan. Pertama, mengembangkan
sumber daya dan kapabilitas baru dan bernilai. Kedua, menerapkan
kekuatan tradisional di dalam cara baru.
Rarity
Jika
sumberdaya tertentu bersifat valuable namun juga dimiliki oleh banyak
kompetitor perusahaan, maka sumberdaya tersebut bukanlah merupakan keunggulan
kompetitif (competitive advantage), melainkan hanya akan
memberikan kesetaraan kompetitif (competitive parity). Dengan kata
lain, perusahaan hanya akan menikmati keuntungan rata-rata di industrinya
karena banyak perusahaan pesaing juga memiliki sumberdaya yang sama. Secara
umum dapat dikatakan bahwa, sepanjang jumlah perusahaan yang memiliki
sumberdaya tersebut lebih sedikit dari jumlah perusahaan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan persaingan sempurna di pasar, maka sumberdaya tersebut dapat
digolongkan sebagai sumber keunggulan kompetitif.
Imitability
Sumberdaya
yang berharga (valueable) dan jarang dimiliki (langka) oleh pesaing
hanya akan menjadi sumber keunggulan kompetitif suatu perusahaan apabila
perusahaan yang tidak memilliki sumberdaya tersebut mengalami cost
disadvantage (biaya yang sangat mahal) apabila berniat memilikinya. Jika
suatu perusahaan memiliki sumberdaya seperti ini dan dengan demikian memiliki
keunggulan kompetitif, maka pesaingnya dapat mengantisipasi hal tersebut dengan
dua pilihan strategi. Pertama, mengabaikan keunggulan kompetitif tersebut dan
menjalankan usahanya seperti biasa. Strategi ini murah dan mudah namun hanya
akan memberikan keuntungan di bawah rata-rata industri. Kedua, berupaya
memahami keberhasilan perusahaan tadi lalu meniru sumberdaya dan strategi yang
dimiliki perusahaan tersebut. Jika dalam upaya tersebut pesaing tidak mengalami
cost disadvantage, maka strategi meniru tadi akan memberikan kesetaraan
kompetitif bagi industri karena akan dilakukan oleh banyak perusahaan di
dalamnya.
Bentuk
peniruan sumber daya itu sendiri terbagi dua, yaitu meniru secara langsung atau
mencari subsititusinya. Jika biaya untuk meniru lebih besar daripada biaya
untuk membangun sendiri sumberdaya tersebut, maka keunggulan kompetitif
perusahaan yang memiliki sumber daya itu akan bersifat berkelanjutan (sustained),
sebaliknya jika biayanya sama saja maka keunggulan kompetitif tadi hanya akan
bersifat sementara saja (temporary).
Demikian
pula halnya dengan biaya untuk mencari substitusi sumberdaya tersebut. Ada
empat penyebab terjadinya cost disadvantage, yaitu sejarah perusahaan
yang unik sehingga ia memiliki sumberdaya tadi (unique historical conditions),
ketidakpahaman pesaing mengenai hubungan antara sumberdaya dengan keunggulan
kompetitif yang dimiliki (causal ambiguity), rumitnya kondisi sosial
yang memungkinkan sumberdaya tadi menjadi faktor keunggulan kompetitif (social
complex), serta adanya hak paten dan kepemilikan dari perusahaan atas
sumberdaya tadi.
Organization
Apakah
perusahaan terorganisasi untuk mengekpoitasi potensi kompetisi dari sumber daya
dan kapabilitasnya secara penuh? Ada banyak komponen yang relevan untuk
pertanyaan ini, antara lain struktur pelaporan formal, sistem kontrol manajemen
yang eksplisit, dan kebijakan kompensasi. Komponen ini sering disebut sebagai complementary
resources and capabilities. Karena tidak akan memunculkan keunggulan
kompetitif jika berdiri sendiri tetapi jika dikombinasikan dengan sumber daya
dan kapabilitas lain akan memungkinkan perusahaan menyadari potensi penuh untuk
potensi keunggulan kompetitif.
|
|
|
||||||||||
Gambar
Hubungan antar Resources heterogeneity
dan Immobility dengan Value, Raraness, Imperfect Imitability, Subsitituability
dan Sustained Competitive Advantage
Penerapan Kerangka VRIO
Pertanyaan mengenai Values, Rarityn,
Imitability, dan Organisasi (VRIO) dapat digambarkan dalam kerangka sebagai
berikut, untuk memahami potensi keuntungan perusahaan yang dikaitkan dengan
eksploitasi sumberdaya dan kapabilitas perusahaan.
Studi Kasus Bank Mandiri
Visi
Menjadi Lembaga Keuangan Indonesia
yang paling dikagumi dan selalu progresif
Misi
ü Berorientasi pada pemenuhan
kebutuhan pasar
ü Mengembangkan sumber daya manusia
professional
ü Memberi keuntungan yang maksimal
bagi stakeholder
ü Melaksanakan manajemen terbuka
ü Peduli terhadap kepentingan
masyarakat dan lingkungan
Kami berkomitmen membangun hubungan
jangka panjang yang didasari atas kepercayaan baik dengan nasabah bisnis maupun
perseorangan. Kami melayani seluruh nasabah dengan standar layanan
internasional melalui penyediaan solusi keuangan yang inovatif. Kami ingin
dikenal karena kinerja, sumber daya manusia dan kerjasama tim yang terbaik.
Dengan mewujudkan pertumbuhan dan
kesuksesan bagi pelanggan, kami mengambil peran aktif dalam mendorong
pertumbuhan jangka panjang Indonesia dan selalu menghasilkan imbal balik yang
tinggi secara konsisten bagi pemegang saham.
Budaya
TIPCE
a) Trust
Membangun keyakinan dan sangka baik diantara stakeholders dalam hubungan yang tulus dan terbuka berdasarkan kehandalan.
Membangun keyakinan dan sangka baik diantara stakeholders dalam hubungan yang tulus dan terbuka berdasarkan kehandalan.
b) Integrity
Setiap saat berpikir, berkata dan berperilaku terpuji, menjaga martabat serta menjunjung tinggi kode etik profesi.
Setiap saat berpikir, berkata dan berperilaku terpuji, menjaga martabat serta menjunjung tinggi kode etik profesi.
c) Professionalism
Berkomitmen untuk bekerja tuntas dan akurat atas dasar kompetensi terbaik dengan penuh tanggung jawab.
Berkomitmen untuk bekerja tuntas dan akurat atas dasar kompetensi terbaik dengan penuh tanggung jawab.
d) Customer Focus
Senantiasa menjadikan pelanggan sebagai mitra utama yang saling menguntungkan untuk tumbuh secara berkesinambungan.
Senantiasa menjadikan pelanggan sebagai mitra utama yang saling menguntungkan untuk tumbuh secara berkesinambungan.
e) Excellence
Mengembangkan dan melakukan perbaikan di segala bidang untuk mendapatkan nilai tambah optimal dan hasil yang terbaik secara terus-menerus.
Mengembangkan dan melakukan perbaikan di segala bidang untuk mendapatkan nilai tambah optimal dan hasil yang terbaik secara terus-menerus.
11 Perilaku Utama
·
Jujur,
tulus, terbuka & tidak sungkan
·
Memberdayakan
potensi, tidak silo, selalu bersinergi, dan saling menghargai
·
Disiplin,
konsisten dan memenuhi komitmen
·
Berfikir,
berkata, dan bertindak terpuji
·
Handal,
tangguh, bertanggung jawab, pembelajar dan percaya diri
·
Berjiwa
intrapreneurship dan berani mengambil keputusan dengan resiko yang terukur
·
Menggali
kebutuhan dan keinginan pelanggan secara proaktif dan meberikan total solusi
·
Memberikan
layanan terbaik dengan cepat, tepat, mudah, akurat dan mengutamakan kepuasan
pelanggan
·
Patriotis,
memeliki mental juara dan berani melakukan terobosan
·
Inovatif
dalam menciptakan peluang untuk mencapai kinerja yang melampaui ekspetasi
·
Fokus
dan disiplin mengeksekusi prioritas
Berikut
ini adalah contoh analisis lingkungan internal dari Bank Mandiri untuk
menganalisis kekuatan dan kelemahan dari sumber daya yang dimilikinya. Untuk
mengidentifikasi sumber daya yang akan memberikan advantage bagi Bank
Mandiri dapat digunakan Value Chain Analysis dikombinasikan dengan Resource
Based View of The Firm dan VRIO Framework.
Berdasarkan
‘Kerangka Pembahasan Generic Value Chain’ dari Porter, aktivitas yang
berlangsung di Bank Mandiri dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu aktivitas
utama (Primary Activities) dan aktivitas pendukung (Support
Activities), seperti terlihat pada Gambar 6 di bawah ini. Primary
activities di Bank Mandiri dapat dibagi menjadi 3 kelompok utama yaitu
Funding atau penghimpunan dana (seperti tabungan dan deposito), financing
(kredit yang diberikan) dan jasa-jasa fee based income (seperti trade
finance, kredit sindikasi, kustodian dan jasa penukaran mata uang asing,
cash management, sistim pembayaran tagihan, kartu debit dan kartu
kredit). Agar aktivitas utama tersebut dapat berlangsung maka diperlukan
infrastruktur dan aktivitas-aktivitas pendukung yang berjalan di belakangnya.
Akti vitas -aktivitas pendukung dikelompokkan menjadi IT (Information
Technology), Sumber Daya Manusia, Marketing, Finance dan Manajemen Resiko.
Gambar Value-chain Bank Mandiri
Identifikasi
Sumber Daya Utama pada Bank Mandiri
Tabel
Value-Chain Porter pada Bank Mandiri
Berdasarkan
pembahasan tersebut di atas, sumber daya yang dimiliki Bank Mandiri dapat
diaplikasikan dalam kerangka VRIO seperti terlihat pada tabel 4 diatas. Tabel
tersebut hanya berupa contoh saja. Maka hasil dari tabel kerangka analisis VRIO
diatas akhirnya bisa disimpulkan kekuatan dan kelemahan Bank Mandiri seperti
yang terlihat di Tabel dibawah ini.
Tabel kekuatan dan kelemahan Bank Mandiri
Dari Tabel diatas yang diperoleh
dari kerangka VRIO, kita memiliki dasar yang kuat untuk bisa mengatakan bahwa
Bank Mandiri memiliki kekuatan (strength) yang bersifat strategis yaitu:
(1) sentralisasi back office (operation); (2) scoring credit
(IT); (3) budaya perusahaan (HRM); (4) rekrutmen (HRM); (5) performance
appraisal (HRM); (6) 4-eyes principle (management); (7)
cabang yang banyak (operation); (8) ketersediaan mesin ATM (operation);
(9) performance management system (IT); (10) ESOP (HRM); (11) brand
awareness (marketing); (12) struktur permodalan (finance);
(13) good corporate governance (management). Daftar kekuatan
itulah yang bisa dipakai oleh Bank Mandiri untuk meraih keunggulan bersaing
dibanding dengan bank lainnya di Indonesia.
Sedangkan kelemahan (weakness)
dari Bank Mandiri antara lain: (1) debit card; (2) e-Banking; (3) phone
banking; (4) fitur ATM; (5) fitur e-Banking; (6) fitur call banking; (7)
produktivitas; (8) career path ; (9) advertising; (10) funding
mix. Kelemahan-kelemahan strategik inilah yang harus diatasi oleh Bank
Mandiri apabila dia masih ingin tetap bertahan sebagai bank nomor satu terbesar
di Indonesia.
Daftar
Pustaka
Barney, J. B. (1991). Firm resources
and sustained competitive advantage. Journal of Management, 17: 99-120.
David, F. (2008). Strategic management (12th ed.).
Prentice Hall.
Wheelen, T. L., & Hunger, J. D.
(2010). Strategic management and business policy, achieving sustainability
(12th ed.). Prentice Hall.
Anonim, 2013, http://mastnie.blogspot.co.id/2013/05/analisis-lingkungan-analisis-lingkungan.html
JUMAT 6 APRIL 2018 JAM 11.20
Purnama Wardi, 2014, http://purnamaward.blogspot.co.id/2014/03/lingkungan-internal-dan-analisis.html
JUMAT 6 APRIL 2018 JAM 11.53
Anonim 2, https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-analisis-rantai-nilai-atau-value-chain-analysis/14553/2 JUMAT 6 APRIL 2018 JAM 11.40
Anonim 3, https://www.strategicmanagementinsight.com/tools/value-chain-analysis.html
JUMAT 6 APRIL 2018 JAM 11.44
Tidak ada komentar:
Posting Komentar