|
STRATEGIC
MANAGEMENT
“VISION AND COMPANY MISSION,
LONGTERM OBJECTIVE, CORPORATE CULTURE, CORPORATE GOVERNANCE, AND THE AGENCY
THEORY”
NAMA : LESTARY PERMATA SARI
NIM : 55117010016
DOSEN : Prof. Dr. Ir. HAPZI ALI, MM, CMA
UNIVERSITAS MERCU BUANA
|
Dafar Isi
Vision
And Company Mission, Longterm Objective, Corporate Governance, The Agency
Theory
A.
VISION AND COMPANY MISSION
Menurut
DR.A.B.Susanto dalam bukunya yang berjudul Visi dan Misi, visi adalah sebuah
gambaran mengenai tujuan dan cita-cita di masa depan yang harus dimiliki
organisasi sebelum disusun rencana bagaimana mencapainya.
Sedangkan, menurut Wibisono, visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Jadi dapat disimpulkan bahwa visi adalah suatu pernyataan yang menggambarkan kondisi perusahaan di masa yang akan datang.
Sedangkan, menurut Wibisono, visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Jadi dapat disimpulkan bahwa visi adalah suatu pernyataan yang menggambarkan kondisi perusahaan di masa yang akan datang.
Visi adalah serangkaian kata yang menunjukkan impian, cita-cita atau
nilai inti sebuah organisasi, perusahaan, atau instansi. (Fikri Pratama, 2010).
Visi merupakan tujuan masa depan sebuah instansi, organisasi, atau perusahaan.
Visi juga adalah pikiran-pikiran yang ada di dalam benak para pendiri.
Pikiran-pikiran tersebut adalah gambaran tentang masa depan yang ingin dicapai.
Selain itu, visi juga adalah Pandangan
mengenai arah sebuah manajemen. Mau dibawa ke arah mana manajemen
tersebut. Agar bisa membangun kesuksesan, maka perlu ada arah jelas mengenai
laju perusahaan atau instansi.
Misi perusahaan adalah pernyataan
luas dan kekal mengenai nilai suatu perusahaan. (Fikri
Pratama, 2010). Misi ini
cukup filosofi dari para pengambil keputusan strategis perusahaan, menyatakan
citra yang ingin diproyeksikan oleh perusahaan, mencerminkan konsep diri
perusahaan dan mengindikasikan bidang produk atau jasa utama perusahaan serta
kebutuhan utama produsen yang berusaha untuk dipenuhi oleh suatu perusahaan.
Pernyataan misi merupakan pesan yang
dirancang untuk mencakup harapan dari seluruh pemangku kepentingan atas konerja
perusahaan dalam jangka panjang. Para eksekutif serta Dewam Komisaris yang
membuat pernyataan misi berusaha menyediakan maksud yang menyatukan perusahaan.
Maksud tersebut akan menjadi landasan bagi penetapan tujuan serta pengambilan
keputusan strategis.
Proses mendefinisikan misi perusahaan
untuk bisnis tertentu mungkin paling baik dipahami dengan memikirkan mengenai
bisnis tersebut sejak didirikan. Bisnis pada umumnya dimulai dengan keyakinan,
keinginan dan aspirasi seorang pengusaha.
Tiga komponen yang harus terdapat
dalam pernyataan misi adalah spesifikasi mengenai produk atau jasa dasar, pasar
primer, dan teknologi utama untuk produksi atau distribusi. ((Jhon A Pearce II,
dan Richard B Robinson, 2009. Komponen-komponen ini dibahas dalam satu judul
karena hanya secara bersama-sama ketiga komponen ini dapat menjelaskan
aktivitas bisnis perusahaan.
Terdapat tiga tujuan ekonomis yang
memandu arah strategis dari hamper semua organisasi bisnis. Baik menyatakan
secara eksplisit mengenai sasaran maupun tidak, pernyataan misi mencerminkan
maksud perusahaan untuk memastikan kelangsungan
hidup perusahaan melalui pertumbuhan
dan profitabilitas. Profitabilitas merupakan tujuan dari
suatu organisasi bisnis. Tanpa memperhatikan bagaimana laba diukur atau
didefinisikan, laba jangka panjang merupakan indikasi yang paling jelas dari
kemampuan perusahaan untuk memenuhi klaim serta keinginan utama dari karyawan
dan pemegang saham.
Pertumbuhan
suatu perusahaan sangat terikat dengan kelangsungan bisnis serta
profitabilitasnya. dalam konteks ini, arti pertumbuhan harus didefinisikan
secara kuas. Meskipun penelitian pasar atas dampak produk telah menunjukkan
bahwa pertumbuhan dalam pangsa pasar berkorelsi dengan profitabilitas terdapat
bentuk-bentuk pertumbuhan penting lainnya. Pertumubuhan dalam jumlah pasar yang
dilayani dalam keragaman produk yang ditawarkan dan dalam teknologi yang
digunakan untuk memproduksi barang dan jasa seringkali mengarah pada
peningkatan kemampuan kompetitif suatu perusahaan. Pertumbuhan berarti
perubahan dan perubahan yang proaktif adalah penting dakam lingkungan bisnis
yang dinamis.
Jadi nilai utama dari pernyataan misi
adalah spesifikasi terhadap tujuan akhir perusahaan. Perusahaan akan memperoleh
pemahaman akan tujuan yang semakin besar jika Dewan Komisaris dan Eksutif
puncaknya membahas jenis bisnis dan pelanggan yang dilayani. Pernyatan misi
memproyeksikan nilai diri dan maksud yang dapt didefinisikan dan dianut oleh
kepentingan luar yairu pelanggan, pemasok, pesaing, omite local dan masyarakat
luas. Akhirnya pernyataan ini merupakan komitmen perusahaan terhadap
tindakan-tindakan bertanggungjawab sesuai dengan perlindungan klaim penting
dari kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan profitabilitas para pemangku
kepentingan di dalam perusahaan. Berikut
beberapa perbedaan visi dan misi :
NO
|
VISI
|
MISI
|
1.
|
Visi adalah gambaran besar, tujuan
utama dan cita-cita suatu perusahaan, instansi, pribadi atau organisasi di
masa depan.
|
Misi adalah Penjabaran atau langkah-langkah yang akan
dilakukan untuk mencapai / mewujudkan visi tersebut
|
2.
|
Visi berupa cita-cita jangka
panjang dan berorientasi kedepan.
|
Misi berupa cita-cita jangka pendek dan berorientasi masa
kini.
|
3.
|
Visi biasanya bersifat permanen, ketika suatu organisasi,
lembaga atau instansi membuat Visi. Maka pantang bagi mereka untuk merubah
visi tersebut. Hal ini juga berkaitan dengan kredibilitas dan konsistensi.
|
Misi biasanya diubah ketika
misi-misi tersebut dianggap gagal mewujudkan suatu Visi
|
4.
|
Visi biasanya terdiri dari satu deret kalimat atau poin
yang jelas, padat dan mewakili segalanya
|
Misi biasanya terdiri dari
beberapa kalimat penjabaran atau berbagai macam poin yang lebih banyak dari
visi
|
5.
|
Berisi pernyataan-pernyataan umum
|
Pernyataanya bersifat khusus dan lebih detail
|
B.
LONGTERM OBJECTIVE
Tujuan jangka panjang
didefinisikan sebagai hasil yang dicoba untuk dicapai oleh perusahaan selama
periode waktu tertentu, biasanya lima tahun. tujuan jangka panjang lainnya,
seharusnya dapat diterima, fleksibel, terukur seiring berjalannya waktu ,
memotivasi, sesuai, dapat dipahami, dan dapat dicapai.
Para manajer strategis mengakui bahwa
memaksimalkan laba jangka pendek jarang menjado pendekatan terbaik untuk
mencapai pertumbuhan dan profitabilitas berkelanjutan perusahaan. Bagi
kebanyakan manajer strategis, solusinya adalah jelas mendistribusikan sejumlah
kecil laba saat ini, tetapi menanamkan kembali sebagian besar dari laba
tersebut unruk meningkatkan kemungkinan perolehan laba dalam jangka panjang,
Inilah alas an yang paling sering digunakan untuk mencapai tujuan. Diantaranya
perncanaan strategis untuk mencapai tujuan jangka panjang adalah sebagai
berikut :
1.
Profitabilitas,
kemampuan dari suatu perusahaan untuk beroperasi dalam jangka panjang
bergantung pda perolehan tingkat laba yang memadai.
2.
Produktivitas,
Para manajer strategis secara terus-menerus mencoba meningkatkan produktivitas
mereka. Perusahaan yang dapat memperbaiki hubungan input dan output pada
umumnya dapat meningkatkan profitabilitasnya. Tujuan produktivitas yang umum
digunakan adalah jumlah barang yang diprduksi atau jumlah jasa yang diberikan
per unit input.
3.
Posisi
Kompetitif, Salah satu ukuran keberhasilan perusahaan adalah dominsi relative
psaarnya. Tujuan yang berkaitan dengan posisi kompetitif dapat mengindikasi
prioritas jangka panjang perusahaan.
4.
Pengembangan
Karyawan, Karyawan menghargai pendidikan dan pelatihan, sebagian karena hal
tersebut mengarah pada kompensasi dan jaminan kerja yang lebih tinggi. Oleh
karena itu para pembuat keputusan strategis sering kali memasukkan tujuan
pengembangan karyawan dalam rencana jangka panjangnya.
5.
Hubungan
dengan Karyawan, Para manajer strategis yakin bahwa produktivitas berhubungan
dengan loyalitas karyawan dan apresiasi pada perhatian manajer terhadap
kesejahteraan karyawan.
6.
Kepemimpinan
Teknologi, Perusahaan harus memutuskan apakah akan menjadi pemimpin atau hanya
menajdi pengikut pasar. Setiap pendekatan dapat berhasil tetapi masing-masing
membutuhkan postrur strategi yang berbeda-beda. Oleh karena itu banyak
perusahaan menyatakan suatu tujuan berkaitan dengan kepemimpinan teknologi.
7.
Tanggung
jawab kepada masyarakat, Para manajer memahami tanggung jawab mereka terhadap
pelanggan dan masyarakat secara umum. Bahkan banyak perusahan mencoba memenuhi
tanggung jawab sosialnya melampaui persyaratan pemerintah.
Sedangkan
Kualitas dari Tujuan Jangka Panjang kriterianya sebagai berikut :
1.
Dapat
diterima
2.
Fleksibel
3.
Terukur
4.
Memotivasi
5.
Sesuai
6.
Dapat
dipahami
7.
Dapat
dicapai
Dan berikut adalah
Tips untuk menetapkan tujuan jangka panjang, diantaranya sebagai berikut :
Mengatasi
kendala budaya. (Overcoming cultural
barriers)
Perlu dipastikan bahwa
nilai-nilai organisasi- termasuk cara memformulasikan dan mengkaji kasus
bisnis- selaras dengan tujuan jangka panjang.
Menetapkan
kembali visi dan tujuan jangka panjang (Set
back the long-term vision and goals)
Pemahaman akan posisi
yang diinginkan di masa depan, berikut cara pandang dari luar-ke dalam mengenai
perubahan industri.
Mengidentifikasi
kemampuan jangka panjang yang dibutuhkan. (Identifying
long-term capacity needs)
Sebuah organisasi
haruslah baik pada suatu hal yang dapat membuat jarak dengan pesaingnya. Ini
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dibangun
Mengombinasikan sudut pandang jangka
pendek-jangka panjang.(Combining
short-term and long term perspective)
Pemikiran strategi
sebagai suatu kontinum pemikiran yang memiliki benang merah dari masa depan ke
masa kini, dan sebaliknya.
Tetap
melihat mega trend. (Keep viewing the mega
trends)
Pandangan jangka panjang
tidaklah statis, tapi akan terus berevolusi karena dipengaruhi oleh kondisi
makro atau mega trends yang mengubah lingkungan masa datang.
Menjadi
disiplin dan konsisten (Being disciplined and
consistent)
Berpikir ke depan dan
mengantisipasi masa depan membutuhkan ketelatenan dan disiplin ketika terjadi
penurunan kinerja jangka pendek.
C.
CORPORATE CULTURE
Budaya Organisasi adalah sekelompok
asumsi penting yang dipegang bersama oleh anggota-anggota suatu
organisasi.(Jhon A Pearce II, dan Richard B Robinson, 2009). Setiap organisasi
memiliki budayanya sendiri. Budaya suatu organisasi mirip dengan kepribadian
seseorang dengan sebuah tema yang tidak berwujud namun ada dan hadir
menyediakan arti, arahan serta dasar atas tindakan.
Budaya
organisasi adalah budaya organisasi adalah pokok penyelesaian masalah masalah eksternal
dan internal (Organizational culture is the body of solutions of external
and iternal problems) yang pelaksanaannya dilakukan secara konsisten oleh
suatu kelompok (that has worked consistently for a group) yang
selanjutnya diteruskan kepada anggota anggota baru (and that is therefore
taught to new members) sebagai langkah yang tepat dalam memahami,
memikirkan dan merasakan (as the correct way to perceive, think about and
feel) terhadap masalah masalah yang berhubungan dengan organisasi (in
relation to those problems) (Peter F. Druicker). Berikut 10 karakteristik
Budaya Organisasi :
1. Inisiatif individual
Definisi inisiatif individual adalah tingkat tanggung jawab (responsibility),
kebebasan (freedom) atau independensi (independent) yang dimiliki
setiap individu dalam berpendapat. Kelompok khususnya pimpinan sebaiknya
menghargai dan memang perlu dihargai inisiatif individu dalam suatu organisasi
selama ide dan inisiatif tersebut berguna dalam memajukan dan mengembangkan
organisasi atau perusahaan.
2. Toleransi Terhadap Tindakan Berisiko
Setiap pegawai dan anggota atau kader perlu ditekankan tentang
batas batas dalam bertindak agresif, inovatif dan mengambil risiko. Sebuah
budaya organisasi yang baik adalah sebuah budaya yang memberikan toleransi terhadap
anggota atau para pegawai dalam bertindak inovatif dan agresif dalam
mengembangkan dan memajukan organisasi atau perusahaan serta mendorong untuk
berani dalam mengambil risiko terhadap apa yang akan dilakukannya.
3. Pengarahan
Pengarahan dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi/perusahaan
dapat membuat dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran dan
harapan tersebut haruslah secara jelas tercantum visi, misi dan tujuan
organisasi (pengertian visi misi). Keadaan yang seperti ini akan memberikan
pengaruh terhadap kinerja organisasi/perusahaan.
4. Integrasi
Integrasi dalam budaya organisasi adalah kemampuan suatu
organisasi atau perusahaan dalam memberikan dorongan terhadap unit unit atau
satuan dalam organisasi atau perusahaan untuk bekerja dengan terpimpin atau
terkoordinasi. Melalui kerja yang kompak dan terkoordinasi dengan baik dapat
mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan oleh sebuah
organisasi atau perusahaan.
5. Dukungan manajamen
Dukungan manajemen dalam budaya organisasi adalah tentang
kemampuan tingkat manajer dalam sebuah organisasi atau perusahaan dalam
berkomunikasi (baca pengertian komunikasi) kepada karyawan. Komunikasi tersebut
harusnya dalam bentuk dukungan, arahan ataupun kritisi (membangun) kepada bawahan.
Dengan adanya dukungan manajemen yang komunikatif, sebuah perusahaan atau
organisasi dapat berjalan dengan mulus.
6. Kontrol
Kontrol dalam budaya organisasi sangat penting. Kontrol yang
dimaksud adalah peraturan atau norma yang digunakan dalam suatu organisasi atau
perusahaan. Oleh karena itu diperlukan sejumlah peraturan dan tenaga pengawas
(atasan langsung) yang berfungsi sebagai pengawas dan pengendali perilaku
pegawai dan karyawan dalam suatu organisasi.
7. Identitas
Identitas dalam
budaya organisasi adalah kemampuan seluruh karyawan dalam suatu organisasi atau
perusahaan dalam mengidentifikasikan dirinya sebagai suatu kesatuan dalam
perusahaan dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian profesional
tertentu.
8. Sistem Imbalan
Sistem imbalan tidak kalah pentingnya dalam budaya organisasi.
Sistem imbalan seperti pemberian kenaikan gaji, promosi (kenaikan jabatan),
bonus liburan dan lainnya haruslah berdasarkan kemampuan atau prestasi karyawan
dalam bekerja dan sangat tidak diperbolehkan atas alasan alasan perusak lainnya
seperti senioritas, pilih kasih dan hal hal lain yang berbau korupsi (baca
pengertian korupsi). Sistem imbalan dapat memberikan boost atau dorongan
terhadap prestasi kerja dan memberikan peningkatan dalam perilaku inovatif dan
kerja maksimal sesuai keahlian dan kemampuan yang dimiliki karyawan atau
anggota dalam organisasi.
9. Toleransi terhadap Publik
Dalam budaya organisasi, perbedaan pendapat yang memunculkan
konflik sering terjadi dalam sebuah perusahaan atau organisasi. Hal inilah yang
harus dilakukan sebagai upper manajement untuk mengarahkan konflik yang
terbangun untuk melakukan perbaikan serta perubahan strategi untuk mencapai
tujuan organisasi. Toleransi terhadap konflik harus dimediasi oleh pimpinan
atau karyawan superior sehingga terjadi kritis membangun dan tidak saling
menyerang.
10. Pola komunikasi
Pola komunikasi dalam perusahaan atau organisasi
sering dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal. Akan tetapi, pola yang
terlalu ketat akan menghambat perkembangan organisasi karena tidakadanya
hubungan emosional yang kental terhadap bawahan dan atasan dalam organisasi.
Ada lima pola kinerja komunikasi yaitu personal, passion, sosial, organizational
politics, dan enkulturasi
Peran Pemimpin dalam Budaya
Organisasi
Pemimpin adalah pembawa standar, sang
personifikasi, perwujudan tanpa henti dari budaya atau contoh baru dari apa
yang seharusnya. (Jhon A Pearce II, dan Richard B Robinson, 2009).
Dengan
demikian beberapa aspek dari apa yang seseorang pimpin lakukan atau harus
lakukan menunjukkan pengaruh pada budaya organisasi, baik akan memperkuatnya
atau untuk menunjukkan contoh standard dan sifat dari menjadi apa yang
seharusnya. Bagaimana pemimpin berperilaku dan menekankan aspek-aspek tersebut
untuk menjadi seorang pemimpin merupakan apa yang dilihat seluruh organisasi
sebagai hal penting untuk dilakukan dan dinilai. Beberapa pemimpin telah
bergabung dengan organisasi untuk waktu yang lama. Jika mereka berada dalam
peran pemimpin untuk suatu waktu yang panjang, maka kaotan mereka dengan
organisasi tersebut biasanya tertanam secara kuat. Mereka harus memperkuat
budaya sekarang, dibudayakan oleh budaya itu, dan karenanya dapat dimengerti
jika berusaha keras untuk tetap memperkuatnya sebagai suatu elemen dalam
mempertahankan sukses yang berkelanjutan.
Mengelola Hubungan Strategi Budaya
Para manajer mersa kesulitan untuk
berpikir melalui hubungan antar budaya perusahaan dan faktor-faktor penting
yang menjadi dasar dari strategi. Namun demikian, mereka mengenali secara cepat
komponen-komponen kunci dan bagaimana hubungan manajemen kritis tersebut
dibentuk. Implementasi sebuah strategi baru sangat memerhatikan penyesuaian
terhadap komponen-komponen ini untuk mengakomodasi kebutuhanstrategi yang
dianggap perlu. Akibatnya mengelola hubungan strategi budaya membutuhkan
sensitivitas terhadap interaksi antara perubahan yang dibutuhkan untuk
mengimplementasi strategi baru dan kesesuaian antara perubahan tersebut dengan
budaya perusahaan.
Perusahaan yang berada dalam kotak 1
dihadapkan pada situasi dimana untuk mengimplementasikan sebuah strategi baru
diperkujan beberapa perubahan dalam struktur, system, penugasan manajerial,
prosedur, operasi atau aspek fundamental lainnya dalam perusahaan. Namun
demikian sebagian besar dari perubahan tersebut berpotensi sesuai dengan budaya
organisasi yang sudah ada. Perusahaan dalam kotak 2 memerlukan hanya sedikit
perubahan organisasi untuk mengimplementasikan strategi barunya dan
perubahan-perubahan tersebut secara potensial cukup sesuai dengan budaya mereka
saat ini.Perusahaan dalam kotak 3 harus membuat beberapa perubahan yang besar
dalam organisasi untuk melaksanakan stategi barunya, tetapi perubahan-perubahan
ini kemungkinan tidak konsisten dengan budaya organisasi perusahaan yang ada
sekarang. Perusahaan dalam kotak 4 menghadapi tantangan paling sulit dalam
mengelola strategi budaya. Untuk melaksanakan strategi barunya, perusahaan
tersebut harus membuat perubahan-perubahan organisasi yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai dan norma-norma yang ada sekarang dan biasanya mengakar.
Jadi para pemimpin mulai membentuk
budaya organisasi dengan hasrat yang mereka bawa dalam peran mereka serta
melalui pilihan dan proses penumbuhan yang mereka lakukan terhadap manajer muda
dan pemimpin masa depan. Mengelola hubungan strategi budaya membutuhkan
pendekatan berbeda, tergantung pada kesamaan antara permintaan dari strategi
baru dan kecocokan dari budaya dengan strategi tersebut.
D.
CORPORATE GOVERNANCE
Era globalisasi, keterbukaan informasi, dan kemajuan ilmu manajemen,
mendorong para pemilik modal dan pimpinan perusahaan untuk terus melakukan
inovasi dan perubahan dalam cara melakukan bisnis. Dorongan kompetisi yang
menyebabkan perusahaan berlomba-lomba untuk tampil di permukaan dan mengeruk
keuntungan mengakibatkan berbagai permasalahan tersendiri baik didalam maupun
diluar perusahaan.
Berbagai permasalahan yang dilakukan oleh oknum di dunia usaha
seperti suap dan korupsi, penggelapan dana, penipuan investasi, penyalahgunaan
wewenang, pencemaran lingkungan, ketidakadilan perlakukan karyawan, fraud, dan lain sebagainya banyak ditemukan dan
merugikan berbagai pemangku kepentikan (stakeholders) dan
masyarakat.
Selain itu, selalu terdapat potensi konflik antara pemilik saham
dan pimpinan perusahaan, pemilik saham mayoritas dan minoritas, pekerja dan
pimpinan perusahaan, perusahaan dan pelanggan ataupun pemasok, dan sebagainya.
Perusahaan yang menjunjung prinsip GCG diharapkan dapat secara
sehat tumbuh dengan tetap menjaga keseimbangan dan tidak merugikan kepentingan pihak
lain. Asas GCG yang terdiri dari Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas,
Independensi dan kewajaran, serta Kesetaraan, merupakan prinsip yang harus
dijunjung oleh berbagai jenis usaha dan tidak terbatas dengan besarnya usaha
ataupun usia dari usaha tersebut berdiri. Asas tersebut biasa dikenal dengan
asas TARIF (Transparency, Accountability, Responsibility, Independency, dan Fairness), seperti dijelaskan dalam tabel berikut ini:
Asas
|
Prinsip Dasar
|
Transparansi
(Transparency)
|
Untuk menjaga obyektivitas dalam
menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan
relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku
kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak
hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga
hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur
dan pemangku kepentingan lainnya.
|
Akuntabilitas
(Accountability)
|
Perusahaan harus dapat
mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu
perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan
perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan
untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
|
Responsibilitas
(Responsibility)
|
Perusahaan harus mematuhi
peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap
masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha
dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
|
Independensi
(Independency)
|
Untuk melancarkan pelaksanaan asas
GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ
perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak
lain.
|
Kewajaran dan Kesetaraan
(Fairness)
|
Dalam melaksanakan kegiatannya,
perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
|
Prinsip-prinsip diatas
tidak hanya perlu diterapkan oleh perusahaan besar, bahkan perusahaan kecil pun
harus menerapkan prinsip GCG tersebut sehingga tercipta lingkungan usaha yang
sehat dan seimbang.
E.
THE AGENCY THEORY
Teori Keagenan merupakan sekelompok
gagasan mengenai pengendalian organisasi yang didasarkan pada keyakinan bahwa
pemisahan kepemilikan dengan manajemen menimbulkan potensi bahwa keinginan
pemilik diabaikan. (Jhon A Pearce II, dan Richard B Robinson, 2009). Hubungan keagenan seperti hubungan antara
pemegang saham dengan manajer, akan efektif selama manajer mengambil keputusan
investasi yang konsisten dengan kepentingan pemegang saham. Secara umum, para
pemilik ingin memaksimalkan nilai saham. Ketika manajer juga memiliki sejumlah
besar saham perusahaan tersebut, mereka pasti akan memilih strategi yang
menghasilkan apresiasi nilai saham. Secara keseluruhan biaya masalah keagenan
dan biaya dari tindakan yang dilakukan untuk meminimalkan masalah keagenan yang
biasa disebut dengan biaya keagenan. Biaya ini sering kali diidentifikasi
dengan manfaat langsung yang diterima oleh agen serta nilai sekarang yang
negative. Biaya keagenan ditemukan ketika terdapat perbedaan kepentingan antara
pemegang saham dengan manajer, atasan dengan bawahan, antarmanajer dari
departemen, atau kantor cabang yang saling bersaing.
Aplikasi agency theory dapat terwujud
dalam kontrak kerja yang akan mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing
pihak dengan tetap memperhitungkan kemanfaatan secara keseluruhan. Kontrak
kerja merupakan seperangkat aturan yang mengatur mengenai mekanisme bagi hasil,
baik yang berupa keuntungan,return maupun resiko-resiko yang disetujui oleh
prinsipal dan agen. Kontrak kerja akan menjadi optimal bila kontrak dapat
fairness yaitu mampu menyeimbangkan antara prinsipal dan agen yang secara
matematis memperlihatkan pelaksanaan kewajiban yang optimal oleh agen dan
pemberian insentif/imbalan khusus yang memuaskan dari prinsipal ke agen. Inti
dari Agency Theory atau teori keagenan adalah pendesainan
kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen dalam hal
terjadi konflik kepentingan (Scott, 1997). Menurut Eisenhard
(1989), teori keagenan dilandasi oleh 3 buah asumsi yaitu:
(a) Asumsi tentang sifat
manusia
Asumsi tentang sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk
mementingkan diri sendiri (self interest),
memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded
rationality), dan tidak menyukai resiko (risk aversion).
(b) Asumsi tentang keorganisasian
Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi,efisiensi
sebagai kriteria produktivitas, dan adanya Asymmetric Information
(AI) antara prinsipal dan agen.
(c) Asumsi tentang
informasi.
Asumsi tentang
informasi adalah bahwa informasi dipandang sebagai barang komoditi yang bisa
diperjual belikan.
Masalah yang dapat ditimbulkan oleh Keagenan
1.
Eksekutif
lebih mengutamakan pertumbuhan ukuran perusahaan daripada laba
2.
Eksekutif
berupaya mendiversifikasikan resiko perusahaan
3.
Eksekutif
menghindari resiko
4.
Manajer
bertindak untuk mengoptimalkan keuntungan pribadi mereka
5.
eksekutif
bertindak untuk melindungi status mereka
Solusi Masalah Keagenan
Selain mendefinisikan tanggung jawab
agen dalam suatu kontrak dan memasukkan elemen-elemen seperti insentif bonus
yang membantu menyelaraskan kepentingan eksekutif dengan pemilik, pemilik dapat
mengambil tindakan-tindakan lain untuk meminimalkan masalah keagenan. Pertama pemilik dapat membayarkan
premium kepada eksekutif atas jasa mereka. Kedua
memberikan kompensasi backloaded
kepada eksekutif. Ketiga menciptsksn
tim eksekutif lintas unit-unit perusahaan yang berbeda dapat membantu
memusatkan pengukuran kinerja pada sasaran organisasi daripada sasaran pribadi.
DAFTAR PUSTAKA
- Pearce, J. A & Robinson,
R.B (PR), Strategic Management :
Manajemen Strategis, Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian, Irwin
Mc Graw-Hill Inc., Jakarta : Salemba Empat, 2009.
- Salamadian, 2017 https://salamadian.com/pengertian-contoh-perbedaan-visi-dan-misi/
(16 Maret 2018 Jam 14.31)
- Satrio
Akbar, 2015 http://sharecatatanku.blogspot.co.id/2015/04/tujuan-jangka-panjang-long-term.html ( 16 Maret 2018 Jam 14.35)
- Aang
Suryadi, 2015 https://aangsurya.wordpress.com/2015/11/16/pengertian-budaya-organisasi-dan-perusahaan-hubungan-budaya-dan-etika-kendala-dalam-mewujudlan-bisnis-etis/
, ( 16 Maret 2018, Jam 14.43)
- Anonim 1, http://www.vedapraxis.com/node/83
, (16 Maret 2018 Jam 14.49)
- Davi Siregar, 2014 http://www.davishare.com/2015/01/agency-theory-teori-keagenan.html
(16 Maret Jam 14.57)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar